Dalam rangka memperingati hari pahlawan (10 Nopember) dan hari guru (25 Nopember), saya mencoba untuk membuat sebuah coretan kecil tentang keduanya, pahlawan dan guru. Dua sosok ini adalah sosok pengubah bangsa. Dalam arti sempit (menurut pengertian pribadi), pahlawan adalah orang yang membela tanah air dan berusaha membebaskan bangsa dari penjajahan. Dan guru adalah orang yang membagikan ilmu dan, juga, pengalaman pada kita.
Apa hubungannya? Sering kita dengar bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, guru memang pahlawan yang berusaha untuk membebaskan bangsa dari penjajahan yang bernama "kebodohan". Apa kriteria guru dapat disebut pahlawan?Berikut sedikit coretan-coretan dari saya (jika ada yang salah, mohon dikoreksi-sedikit catatan bahwa coretan ini telah memenagkan sebuah lomba artikel populer):
Jika kita mendengar kata “guru”, bayangan kita akan
lari pada sesosok “Oemar Bakrie” yang dinyanyikan oleh penyanyi kawakan Iwan
Fals yang mencoba mendeskripsikan guru. Guru sendiri berasal dari bahasa Sanskerta
yang artinya pembimbing. Dalam bahasa Jawa, guru adalah “digugu lan ditiru”,
artinya didengarkan dan dicontoh. Guru merupakan panutan bagi anak didiknya
atau bahkan lingkungan sekitarnya.
Menurut wikipedia, guru adalah seorang pengajar
suatu ilmu, dan dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan
melatih anak didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia
dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal.
Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang
baru dapat juga dianggap seorang guru. Guru pertama kita adalah orangtua, dan
guru, baik formal maupun informal, adalah representasi dari orangtua.
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru
mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan,
maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga
berkaitan dengan etika.
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang
guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4)
pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja
administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.
Amanat Bapak Pendidikan
sekaligus Menteri Pengajaran (Pendidikan) pertama Indonesia, Ki Hajar Dewantara, guru
seharusnya “ing ngarso sung tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani”, di depan dia harus memberi
teladan, di tengah dia harus bisa membangun, dan di belakang harus bisa
memberikan dorongan. Dengan menjalankan amanat tersebut, generasi terbaik
bangsa dapat lahir.
Guru merupakan salah
satu unsur dalam sistem pendidikan, dan merupakan unsur terpenting dan terdepan
dalam penentuan hasil akhir dari sebuah proses pembelajaran. Guru berhubungan
langsung dengan masa depan sebuah bangsa. Namun juga guru harus mengikuti
sistem yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang masih mengandalkan sisi
akademik, namun dari sisi moral kurang tersentuh.
Guru memiliki
sifat-sifat dari seorang pahlawan, namun ada beberapa oknum tertentu yang
kurang bisa menyesuaikan diri dengan sifat pahlawan tersebut, sehingga dalam
melakukan pengabdian hanya setengah hati. Namun itu juga tidak bisa disalahkan,
karena sangat manusiawi jika guru mempunyai kebutuhan hidup.
Akan tetapi masih ada
sosok pahlawan dalam hati sanubari guru yang dengan bermodalkan dedikasi dan
semangat yang luar biasa mendidik dan mengajar siswa dengan gaji yang minim
demi kemajuan bangsa. Mereka tidak mengharapkan gelar. Biarlah Ibu Pertiwi
sebagai saksi bisu dan jasa mereka akan selalu terkenang dalam sanubari anak
didiknya. Guru hendaknya tidak hanya mengajar sekaligus pembelajar, Guru adalah
pekerja sosial yang bertugas mencerdaskan anak didiknya bukan mengutamakan
komersil belaka.
Pahlawan jaman dulu berjuang melawan kemerdekaan saat ini
Indonesia sudah merdeka sebagai generasi penerus bangsa kita tinggal meneruskan
cita-cita pahlawan melalui pendidikan. Guru sebagai pejuang pendidikan mereka
berjuang melawan korupsi dan kolusi melalui tindakan, pengajaran, inovasi.
Metode pengajaran yang hanya satu arah, diubah dengan metode dua arah, dimana
terjadi interaksi antara guru dan murid. Dan tidak hanya mementingkan nilai
akademik saja, namun juga pendidikan moral bermasyarakat.
Tetap pegang teguh amanat
Ki Hajar Dewantara “ing ngarso sung tuladha,ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.